Sunday, 16 June 2013

Hipertensi : Apa, risiko dan pengobatannya?


Pembunuh Diam – Diam Itu Bernama Hipertensi
Namanya Astuti. Tahun ini, wanita berusia 55 tahun ini, berencana menunaikan ibadah haji. Ia sangat bersyukur akan hal itu. Namun, ada sesuatu yang membuat dia gelisah. Ong­kos naik haji belum lunas? Bukan itu. "Waktu periksa kesehatan di Puskesmas untuk persyaratan haji, tekanan darah saya kok tinggi ya, 160/100," keluh Astuti.
Ini bukanlah kali pertama Tuti, demikian nenek empat cucu ini biasa dipanggil, mengetahui te­kanan darahnya tinggi. Pada dua kunjungan ke dokter sebelumnya yang pertama saat sakit maag­nya kambuh, dan kedua saat ia terserang flu berat tekanan darahnya juga diketahui tinggi: 150/100 dan 160/100.
Anehnya, kata Tuti, walau te­kanan darahnya tinggi, ia tak pernah merasakan gejala-gejala yang mengganggu semisal pusing, sakit kepala, tengkuk terasa kaku, atau jantung berdebar. Pendek ka­ta, ia merasa baik-baik saja. Na­mun setelah pada tiga kali peng­ukuran, tekanan darah sistolik dan diastoliknya diketahui berada pada angka yang tinggi, Tuti mulai cemas. Ia teringat dua famili dekatnya yang sakit hipertensi lalu terserang stroke dan meninggal.
Kecemasan ini akhirnya meng­giring Tuti untuk mengonsul­tasikan masalah tekanan darah­nya ke dokter. Benar saja, dokter menyatakan Tuti menderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Oleh dokter, Tuti diminta untuk mengontrol tekanan darahnya dengan obat, juga memperbaiki gaya hidup.
Setelah beberapa minggu mi­num obat dari dokter, Tuti kem­bali mengukur tekanan darahnya. Kini ia bisa kembali tersenyum. "Tekanan darah saya turun men­jadi 140/90. Alhamdulillah."
Berhentikah ia minum obat pengontrol tekanan darah? Tidak. Sesuai anjuran dokter, ia minum obat itu secara rutin. Tujuannya tak lain, agar tekanan darah se­lalu terkontrol dan terhindar dari komplikasi seperti sakit jantung, ginjal, dan stroke.Tuti yang semula mencemaskan tekanan darahnya, kini merasa lebih sehat. Ia pun merasa lebih siap untuk menunaikan ibadah haji.
Apa itu hipertensi?
Sebelum membahas lebih jauh mengenai hipertensi, ada baiknya kita kenali dulu apa itu tekanan darah. Dalam buku berjudul Blood Pressure karya Prof DG Beevers disebutkan, tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh. Setiap kali jantung berdetak (sekitar 60-70 kali per menit pada saat istirahat) ia akan memompa darah ke dalam arteri. 
Nah,  tekanan  darah   mencapai          puncaknya ketika jantung berde­tak dan memompakan darah. Si­tuasi ini disebut tekanan sistolik. Sebaliknya, pada saat jantung berada dalam keadaan istirahat, di antara dua detakan, tekanan darah akan turun. Situasi ini disebut tekanan diastolik.
Tekanan darah selalu digambarkan dengan dua angka ini, tekanan sistolik dan diastolik. Jadi,  pada tekanan darah 120/80, artinya tekanan darah sistolik 120,         dan tekanan darah diastolik 80.      Lalu, apa yang disebut hiper-tensi? Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Hipertensi diindikasikan oleh tekanan darah yang mencapai atau melebihi 140/90 mmHg pada dua kesempatan pengukuran yang berbeda.
-------------  Artikel selengkapnya dalam format PDF  ---------------------

1 comment: