Manfaat Tanaman Kumis Kucing

Mengenal manfaat Tanaman

Obat Kumis Kucing

Secara tradisional kumis kucing telah digunakan oleh berbagai negara
untuk pengobatan beberapa gangguan kesehatan. Kesehatan merupakan hal yang esensial dalam kehidupan manusia, karena itu sejak dahulu manusia selalu berusaha untuk memelihara tubuhnya agar tetap sehat. Selain mengimbangi asupan gizi dan berolah raga dengan teratur, kesehatan dapat dijaga dengan mengkonsumsi tanaman obat. Hal inilah yang telah dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia sejak dahulu, yaitu dengan menggunakan ramuan tra­disional yang terdiri dari beberapa tanaman obat.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, makin banyak hasil penelitian tanaman obat yang dilaporkan. Tanaman obat yang dahulu hanya digunakan untuk memeli­hara kesehatan ternyata terbukti mem­punyai beberapa efek farmakologi yang dapat digunakan untuk pengobatan suatu penyakit. Kenyataan ini mendorong minat dari para peneliti di seluruh dunia untuk lebih aktif mencari berbagai efek positif yang dapat digu­nakan untuk mengatasi berbagai gang­guan kesehatan yang timbul dewasa ini. Tidaklah mengherankan bahwa perkem­bangan dan penggunaan tanaman obat untuk tujuan kesehatan mengalami peningkatan dalam dua dasawarsa terakhir. Hal ini bukan saja terjadi di Negara - negara berkembang, tetapi juga pada negara-negara maju.

Salah satu tanaman obat yang banyak diteliti adalah kumis kucing. Tanaman dengan nama Latin Orthosiphon arista­tus (Blume) Miq. termasuk dalam famili Lamiaceae, banyak dijumpai di Indone­sia, terutama di daerah Jawa dan sejak dahulu daunnya telah digunakan sebagai minuman (teh). Sehingga tidak­lah mengherankan minuman kumis kucing dikenal dengan sebutan Java tea. Selain di Indonesia, kumis kucing juga tersebar di India, Indo-China, Thailand, dan Malaysia. Indonesia merupakan negara penghasil kumis kucing terbanyak, yang umumnya berasal dari Jawa, Sumatera dan Sulawesi.

Sebelum perang dunia ke dua, Indonesia mengekspor daun kering kumis kucing 80 ton setiap tahunnya ke Belanda, Jerman, Perancis, Jepang dan Amerika Serikat. Selama periode 1991 - 1995, eksport kumis kucing meningkat menjadi rata - rata 170 ton per tahun, dengan nilai rata - rata ditahun 1995 sebesar US$ 1,3 per kg, sedangkan negara tujuan utama adalah Jerman.

Secara tradisional kumis kucing telah digunakan oleh berbagai negara untuk pengobatan beberapa gangguan kesehatan. Di Malaysia, Thailand dan Vietnam, daunnya digunakan sebagai pelancar urine, terutama dalam bentuk teh atau infusa. Juga digunakan untuk berbagai gangguan ginjal, gout, dan batu empedu. Di Eropa, kumis kucing digunakan sebagai diuretik dan irigasi saluran kemih, khususnya pada keadaan peradangan dan batu ginjal, serta sebagai terapi ajuvan pada pengobatan infeksi akibat bakteri pada saluran kemih. Umumnya dibuat dalam bentuk infusa dengan menggunakan 2 - 3 g bahan kering yang dimasak dengan 150 ml air selama 15 menit pada suhu 90 °C, dan diminum 2 - 3 kali sehari. Adapun cara dan takaran yang dapat digunakan dalam pembuatan suatu sediaan teh adalah : tuangkan 150 ml air panas ke dalam 6 - 12 g serbuk kumis kucing kering, diamkan 10 menit, saring dan langsung diminum sehari sekali.

Kumis kucing juga dapat dibuat dalam bentuk ekstrak untuk penyiapan yang lebih praktis. Di Indonesia, tanaman ini juga digunakan secara tradisional untuk pengobatan sakit kuning bersama - sama dengan daun sembung (Blumea balsa- mifera), meniran (Phyllanthus niruri), dan rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza).

Orthosiphonis Folium atau Java tea terdiri dari daun dan ujung - ujung batang bunga kumis kucing yang dikumpulkan segera sebelum tanaman tersebut berbunga. Waktu panen umumnya 8 – 10 minggu setelah penanaman, dimana kumis kucing segera akan berbunga.

Kumis kucing mengandung sampai 12% garam – garam mineral, terutama potassium (600 - 700 mg tiap 100 g daun segar), 0,2% senyawa flavone termasuk sinensetin, flavonol glycosides, turunan caffeic acid (ter­utama rosmarinic acid dan 2,3-dicaf­feoyl-tartaric acid), inositol, phytosterols (b-sitosterol), saponins dan 0,7% minyak menguap.

Berbagai pengujian untuk membuk­tikan efek diuretik (pelancar urine) dari ekstrak kumis kucing telah dilakukan, baik menggunakan hewan percobaan, maupun pada manusia. Pada pembe­rian oral ekstrak air kumis kucing dengan dosis 750 mg/kg BB terhadap kelinci, anjing dan tikus, memperli­hatkan efek diuretik yang ditandai dengan meningkatnya ekskresi ion K+, Na+, dan CI-. Hal yang sama juga dila­porkan terjadi pada manusia, dimana terjadi peningkatan diuresis dan pe­ngeluaran ion CI- dan urea. Namun demikian, senyawa penyebab efek diuretik dari ekstrak kumis kucing belum diketahui dengan pasti. Diduga bahwa efek ini dapat dihubungkan dengan tingginya kandungan potasium dalam daun kumis kucing, serta adanya senyawa inositol dan sinensetin. Hal ini terlihat pada percobaan dengan sinensetin yang memperlihatkan efek diuretik pada tikus dengan dosis 10 mg/kg BB dan diberikan secara intravena. Kandungan sinensetin tertinggi mencapai 0,4% diperoleh pada daun kumis kucing yang telah tua dari tanaman dengan bunga berwarna ungu kebiru-biruan, sedangkan kandungan sinensetin terendah 0,1% dijumpai pada daun muda tanaman dengan bunga ber­warna putih.

Pada pengujian secara in vitro, ekstrak air kumis kucing secara nyata memperlihatkan efek penghambatan baik terhadap bakteri gram-positif, maupun bakteri gram-negatif. Diperkirakan senyawa saponins dan turunan caffeic acid yang memberikan efek antibakteri. Sedangkan efek anti­radang kumis kucing dapat dihubungkan dengan kandungan senyawa flavonoid­nya yang secara umum terbukti dapat menghambat cyclo-oxygenase dan lipoxygenase.

Saat ini dipasaran juga tersedia produk fitofarmaka yang mengandung ekstrak daun kumis kucing dan ekstrak herba seledri dalam komposisi sesuai, yang telah terbukti secara klinik dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada penderita hipertensi ringan hingga sedang, tanpa mempengaruhi kadar elektrolit plasma, kadar lipid plasma maupun kadar gula darah. Hal ini menggambarkan bahwa kumis kucing dapat juga digunakan untuk pengobatan hipertensi.

Sudah tentu berbagai manfaat dapat diperoleh dari tanaman kumis kucing, tetapi hal ini memerlukan berbagai penelitian yang perlu dilakukan secara lebih mendalam sehingga dapat menen­tukan takaran yang optimal penggunaan tanaman tersebut dalam mengatasi suatu gangguan penyakit. Merupakan suatu tantangan bagi para peneliti di Indonesia untuk dapat menggali, mene­liti dan mengembangkan tanaman kumis kucing yang merupakan salah satu komoditi ekspor terbesar dari Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal demi meningkatkan kesehatan masyarakat. •