Madu,
Dari Obat Sampai Kosmetik
Meski sama manis, ada
hal yang membuat madu berbeda dengan gula. Sebut umpamanya dari dampak nya
terhadap kesehatan gigi: para pengonsumsi gula lebih terancam mengalami
kerusakan gigi dibandingkan dengan madu. Pasalnya, gula mengandung molekul sukrosa
polymerase "utuh" yang akan dimanfaatkan Streptococcus mutans,
bakteri yang biasa nangkring di mulut, untuk membentuk plak. Sementara pada
madu, dengan bantuan enzim invertase milik lebah, yang sebelumnya telah
memecah molekul tersebut menjadi fruktosa dan glukosa, sang bakteri tak bisa
memanfaatkannya menjadi plak.
Dampak lain situasi ini dapat dilihat dari kecepatannya diserap tubuh.
"Bahan" yang telah dipecah menjadi glukosa dan fruktosa lebih tokcer
menggenjot stamina, sebab tak perlu melewati proses rumit enzim pencernaan
untuk bisa dimobilisasi, dibandingkan dengan sediaan yang masih "belepotan"
sukrosa.
Oleh karena itu, tak perlu heran jika dengan cara minum beberapa sloki
madu setiap pagi, Raja Farouk dari Mesir mampu "membagi waktu" secara
adil pada 400 orang selirnya. Pun kebiasaan kaum lelaki pada masyarakat kita,
yang kerap mencampurnya dengan kuning telur sebelum "tempur" maupun
setelah bekerja berat.
Namun kehebatan madu tidak hanya itu, hingga tidak bisa disamakan dengan
gula. Beberapa keunggulan lainnya:
Menjadi
obat
Kemampuan madu menjadi obat sebetulnya sudah terendus sejak dahulu kala.
Dalam sebuah dokumen Mesir kuno yang ditulis di atas papirus sekitar tahun
2600-2200 SM dinyatakan, madu merupakan bahan utama penyembuh luka.
Artikel Selengkapnya dalam format Pdf dapat dilihat DISINI__Bila muncul pesan dari adfly KLIK SKIP AD atau LEWATI
No comments:
Post a Comment