Radikal Bebas, Olahraga Aerobik
Dan Kualitas Sperma
Dewi Laelatul Badriah
Abstrak
Radikal bebas saat ini sedang menjadi salah
satu perhatian utama para peneliti di dunia kedokteran. Hal ini disebabkan dari
beberapa hasil penelitian menunjukkan, radikal bebas terbukti telah menyebabkan
kerusakan jaringan, sehingga mampu mencetuskan timbulnya penyakit sistem
cardiovaskular, mempercepat proses penuaan dan menurunkan kualitas spermatozoa.
Telah lama diyakini dan dibuktikan bahwa olah
raga aerobik yang dilakukan dengun intensitas yang adekuat, sistematis, dan
teratur, serta menerapkan berbagai prinsip latihan, mampu meningkatkan berbagai sistem tubuh, termasuk diantaranya meningkatkan
kuantitas dan kualitas spermatozoa. Oleh karena itu olah raga aerobik telah dijadikan
salah satu suplemen untuk memperbaiki kualitas spermatozoa,
sehingga proses untuk memperoleh keturunan dapat lebih mudah.
Pendahuluan
Pada dasarnya radikal bebas secara
terus menerus dibentuk oleh tubuh, misalnya saja oleh sebagian besar
oleh reaksi redoks biokimia yang melibatkan
oksigen, yang terjadi sebagai bagian dari metabolisme sel normal, tidak kecuali sel sperma. Radikal bebas juga dapat terbentuk sebagai akibat dari fagositik,
sebagai bagian inflamasi, infeksi, dan
terkadang dapat juga dibentuk oleh adanya pemaparan pada radiasi ultra violet, pencemaran lingkungan,
asap rokok, hiperoksia dan iskemia ( Kovalski etal, 1992 ). Setiap radikal bebas yang terbentuk akan
mengakibatkan reaksi rantai sampai radikal bebas itu hilang, misalnya karena
adanya bahan - bahan antioksidan. Radikal bebas tersebut akan bereaksi dengan
metabolit -metabolit sel dan erat berkaitan dengan sistem imunologis yang akan
menimbulkan berbagai kelainan dan penyakit ( Cochrane, 1991 ).
Sel normal mempunyai seperanqkat
sistem enzim yang mampu menangkal oksigen reaktif untuk menghindari kerusakan
internal sel. Oleh karena itu pada dasarnya radikal bebas mempunyai oksigen yang
reaktif, maka kelompok bahan tersebut dinamakan senyawa oksigen reaktif
(reactive oxygen compound). ROC pada saat ini sangat banyak macamnya,
sehingga disebut sebagai Reactive Oxygen Species (ROS) (Suryohudoyo,
1998). Pada pembahasan ini akan memaparkan efek radikal bebas terhadap kerusakan atau mengoksidasi sel -
sel tertentu dalam tubuh, misalnya karbohidrat, DNA, RNA, dan komponen lainnya
dalam sel. Sebagai contoh radikal bebas dapat mengakibatkan peroksidasi lemak, sehingga menimbulkan berbagai gangguan pada
sistem jantung dan peredaran darah, mempercepat proses penuaan
dengan merusak protein, merusak materi
genetik (DNA) sehingga dapat mengakibatkan timbulnya sel pre kanker ( protoonkogen ) dan kanker ( onkogen ),
serta penurunan kualitas sperma, sehingga mengakibatkan infertilitas.
Radikal
Bebas dan Sperma
Sperma juga dapat menghasilkan radikal bebas. Namun insidensi
kejadiannya belum banyak diungkapkan.
Dari hasil penelitian Holland et.al (1982) menunjukkan bahwa
spermatozoa epididimis kelinci yang diinkubasi
dalam keadaan anaerobik akan membentuk ROS, misalnya hidrogen peroksida, radikal hidroksil, dan oksigen tunggal. Demikian pula Yuliani (2000)
mengungkapkan bahwa semen beku sapi Bali yang
diinkubasi dalam keadaan anaerobik, menjadi
rusak, karena banyak yang mempunyai morfologi yang tidak normal.
Pada dasarnya spermatozoa memiliki
sistem enzim yang mampu menetralisir efek negatif dari radikal bebas.
Enzim tersebut misalnya saja adalah Superoxide Dismutase (SOD), demikian
pula dengan Glutathion Oksidase dan Sistem Reduktase terdapat
pula dalam spermatozoa mamalia dan manusia.
Sistem katalase pada sperma manusia mampu menahan efek toksis oksigen
reaktif dalam sperma ( Yeulin ett.
al, 1969).
Peroksida dapat digunakan sebagai spermisida. Spermatozoa manusia
akan terhenti mofllitasnya bila ejakulat diinkubasi dengan lipid peroksidase.
Namun demikian, pada dasamya tubuh manusia mampu mengadaptasi terhadap keadaan tersebut. Lebih lanjut Ilham wijaya
(1999) mengungkapkan bahwa, tubuh manusia
memiliki sistem antioksidan primer, termasuk di dalamnya sel spermatozoa. Untuk lebih memperkuat kerja enzim tersebut, selayaknya dibantu oleh bahan antioksidan sekunder, yang mampu menangkap radikal bebas dan
mencegah terjadinya reaksi lainnya yang
dapat merusak fungsi enzim antioksidan primer misalnya Vitamin C, E, betakaroten, asam urat, bilirubin, dan
albumin.Artikel Selengkapnya dalam format Pdf dapat dilihat DISINI__Bila muncul pesan dari adfly KLIK SKIP AD atau LEWATI
My dear son, do not eat anything, when your stomach is full; it is better to put food before a dog than to overeat (Lukman Advise to his son)
ReplyDeleteInformasi Seputar Penyakit Kanker
Tips Mudah Menghilangkan Bekas Jerawat Secara Alami
Cara Mengobati Flu Singapura pada Bayi 1 Tahun
Cara Cepat Mengobati Luka Memar pada Anak
Obat Tradisional Nyeri Tumit dan Telapak Kaki