Garam, Antara
Manfaat dan Mudarat
Sepanjang sejarah manusia, garam (sodium klorida, NaCI) menjadi
komoditas yang penting. Garam memiliki beragam kegunaan. Dalam makanan, garam
tidak hanya digunakan sebagai bumbu, tapi juga sebagai zat pengikat, pengawet,
pengontrol warna, untuk memperbaiki tekstur, dan pengontrol fermentasi.
Sebagian besar produk garam dunia digunakan untuk industri kimia. Garam
adalah zat dasar yang digunakan dalam produksi zat kimia lain, misalnya kaustik
soda yang digunakan untuk membuat sabun dan kertas. Zat kimia yang dibuat dari
garam penting dalam pembuatan gelas, kain sintetis, kulit, pupuk, zat pendingin
pada pembangkit listrik tenaga nuklir, celupan tekstil, dan bahan peledak.
Garam juga berperan sangat penting dalam tubuh kita. Setiap sel dalam
tubuh kita mengandung garam. Inilah mengapa air mata dan keringat terasa asin.
Garam memiliki peran penting dalam menjaga tubuh agar tetap berfungsi dengan
baik. Ketika kita olah raga, ketika kita kepanasan, dan ketika kita mengalami
perubahan fisiologis (misalnya sewaktu hamil atau menua) peran garam makin
fundamental.
Peran garam paling penting adalah menjaga keseimbangan cairan tubuh yang
membawa oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh. Dua unsur garam, sodium dan
klorida berperan penting dalam tubuh. Sodium memungkinkan terjadinya transmisi
impuls saraf, mengatur muatan listrik yang masuk dan keluar sel, membantu
otot, termasuk kontraksi jantung, dan memungkinkan sel darah merah dalam aliran
darah membawa oksigen ke jaringan dan membuang karbon dioksida yang berbahaya.
Klorida berperan dalam proses pencernaan, menjaga keseimbangan asam basa, dan
penyerapan potasium.
Kelebihan
asupan garam
Tubuh kita tidak akan berfungsi dengan baik kecuali jika rasio air dan
garam dalam darah tetap mendekati konstan. Asupan garam yang berlebihan dapat
menimbulkan sejumlah masalah kesehatan seperti asma, osteoporosis, rasa panas
dalam perut, kanker perut, hipertropi ventrikular kiri (pembesaran jantung),
gagal jantung, sirosis, stroke, sindrom neprotik, hipernatremia, edema, bisul
perut dan usus 12 jari, tekanan darah tinggi, dan kematian (memakan garam dalam
jumlah besar dalam waktu yang singkat bisa fatal. Bahkan di Cina, memakan
larutan garam digunakan sebagai cara tradisional untuk bunuh diri).
Kaitan antara asupan garam yang tinggi dan timbulnya masalah kesehatan
merupakan hal yang kontroversial. Sebagian Kalangan menyatakan mengonsumsi
garam berlebihan memang berisiko, namun terlalu dilebih-lebihkan.
Penelitian-penelitian mengenai hal tersebut dianggap terlalu terbatas,
menggunakan sampel yang terlalu kecil dengan waktu yang terlalu pendek, dan
hasilnya bisa ditafsirkan dalam beragam cara.
Efek garam terhadap asma dan osteoporosis belum mencapai konklusi yang
tegas. Pengaruh garam terhadap tekanan darah tinggi (hipertensi) pun masih jadi
bahan perdebatan. Morton Satin, Direktur Teknis dan Urusan Peraturan Salt
Institute di Amerika Serikat yang mewakili produsen garam. berkata, "Peran
kunci sodium adalah untuk memoderatkan tekanan osmotik dalam sistem
sirkulatori, jadi tak mengherankan, dan tak terbantahkan bahwa sodium
berpengaruh terhadap tekanan darah."
la menambahkan, bagi sebagian orang konsumsi sodium yang tinggi dapat
meningkatkan tekanan darah, sementara bagi yang lain asupan garam yang rendah
pun dapat meningkatkan tekanan darah. Bagi sebagian besar popuIasi yang tidak
menderita tekanan darah tinggi, tidak ada data yang konklusif bahwa diet garam
rendah dapat mencegah munculnya hipertensi. Hipertensi dipicu oleh beragam
faktor.
Bagi mereka yang menderita hipertensi, mengurangi asupan garam mungkin
dapat membantu, namun ada pilihan lain yang lebih efisien, seperti mengubah gaya hidup, memperbaiki
diet, berolah raga, dan mengurangi konsumsi alkohol.
Kekurangan
asupan garam
Ginjal kita mempunyai kemampuan
untuk membuang kelebihan garam. Sebaliknya, ketika asupan garam lebih rendah
dari yang dibutuhkan tubuh, ginjal akan berupaya mempertahankan garam yang ada
sedapat mungkin. Namun, kemampuan ginjal ini terbatas dan kemudian terjadi defisiensi
(kekurangan) garam. Gejalanya berupa lemah, letih, lesu, pusing, kram, kelesuan
di saat hari panas, dan kekurangan yang parah atau ekstrem bisa berakibat
kematian.
Karena defisiensi garam bisa berbahaya, diet rendah garam harus dilakukan
di bawah pengawasan dokter. Melakukan diet rendah garam di bawah pengawasan
ahli ginjal bisa bermanfaat bagi mereka yang ginjalnya tak mampu membuang
kelebihan garam.
Banyak wanita hamil mengalami tekanan darah tinggi atau praeklamsia,
khususnya selama kehamilan pertama. Untuk hal ini biasanya dianjurkan
pembatasan asupan garam atau penggunaan diuretik. Namun, pembatasan garam
justru meningkatkan insiden praeklamsia. Bukti-bukti menunjukkan dengan
mengikuti diet garam rendah, seorang wanita hamil bisa bermasalah dengan volume
darah pada janin. Tubuhnya kemudian mencoba menetralkan hal ini dengan peningkatan
lanjutan dalam tekanan darah.
Pembatasan asupan garam juga bisa berbahaya bagi para lanjut usia
(lansia), khususnya saat cuaca panas. Para
lansia biasanya kurang minum air dan kurang mampu menyesuaikan diri dengan
cuaca panas. Garam hilang melalui keringat dan tak tergantikan, darah mengental
dan tekanan darah naik. Ini menimbulkan ketegangan tambahan pada jantung dan
dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke. Banyak minum air dan asupan
garam yang cukup menjadi hal yang esensial. Berapa banyak Asupan garam yang
dianjurkan? Departemen Kesehatan dan Departemen Pertanian Amerika Serikat
menyarankan orang dewasa membatasi asupan sodium sampai 2300 mg/hari (setara dengan
5,8 g atau satu sendok teh garam).
Di tahun 2005, kelompok advokasi konsumen di Amerika Serikat, Center for
Science in the Public Interest (CSPI) mengajukan petisi yang di antaranya
berisi desakan agar badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat, FDA,
mencabut status garam sebagai bahan GRAS (generally recognize as safe atau
bahan yang dikenal aman), dan membatasi penggunaan garam, dalam makanan
olahan dan restoran. Namun kemudian, organisasi Salt Institute mendesak FDA
untuk menolak petisi yang mendesak pencabutan status GRAS garam.
Karena tuntutan kesehatan, beberapa bahan pengganti garam kemudian
digunakan. Mengganti garam untuk produk makanan bukanlah hal yang mudah karena
akan memengaruhi sifat fisik, kimia, dan cara produksi produk makanan. Bahan
pengganti garam seperti kalsium klorida, magnesium klorida, dan potasium
klorida mempunyai kelemahan seperti menimbulkan after-taste (rasa yang
tertinggal di lidah) yang tidak enak. Untuk itu sejumlah industri ingredients
terus melakukan pengembangan bahan pengganti garam sehingga memungkinkan para
produsen makanan menghasilkan produk makanan rendah sodium.***
Akhmad Taufik,
Alumnus Teknologi Pangan Universitas
Padjadjaran.
sumber ; Pikiran Rakyat 5 Juni 2008
No comments:
Post a Comment