Monday 3 June 2013

Bahaya Dibalik Lelapnya Dengkuran


Bahaya Dibalik Lelapnya Dengkuran
Setiap malam kita membaringkan tubuh, memejamkan mata, mulai melayang-layang dari satu pikiran ke pikiran lain dan akhirnya terlelap dalam mimpi. Sebuah proses sehari-hari yang amat biasa. Tetapi tahukah Anda bahwa kegiatan sehari-hari ini pun penting untuk diperhatikan demi kesehatan kita?
Sepertiga dari seluruh hidup manusia dihabiskan dalam kondisi tidur. Saat tidur, sama seperti saat terjaga, juga rentan terhadap berbagai penyakit dan gangguan. Salah satunya yang paling sering terjadi namun paling sering pula luput dari perhatian adalah Obstructive Sleep Apnea (OSA.)
OSA adalah henti nafas sementara sewaktu tidur (apnea berarti henti nafas,) yang gejala utamanya adalah mendengkur dan Excessive Daytime Sleepiness (EDS.) Dalam ilmu kedokteran tidur yang baru mulai berkembang 50 tahun belakangan ini saja, OSA merupakan sebuah gangguan tidur yang underdiagnosed dan undertreated. Apalagi dengan adanya anggapan masyarakat bahwa mendengkur merupakan tanda tidur yang nyenyak.
OSA disebabkan oleh jatuhnya lidah ke belakang saat tidur pada saluran nafas atas yang menyempit. Akibatnya walaupun dada dan perut terus kembang kempis untuk menghirup, udara tidak ada yang dapat lewat. Kondisi ini berlangsung berulang kali sepanjang malam dan setiap kalinya bisa berlangsung selama 10-60 detik. Anda dapat mencoba dengan menahan nafas sambil melihat jam, berapa lama Anda dapat bertahan?
Dalam tubuh terdapat sebuah sistem pengaman yang menjaga kadar oksigen dalam darah. Sebuah sensor selalu siap membaca kadar karbondioksida darah yang terlalu tinggi. Setiap kali nafas terhenti dan karbondioksida darah meningkat, sensor ini akan aktif dan merangsang tubuh untuk bernafas. Dalam keadaan tidur rangsang yang diakibatkan oleh sensor ini akan membangunkan penderitanya. Walaupun tidak sampai terjaga, mini arousal yang diakibatkan sudah mengganggu proses tidur hingga terpotong-potong (fragmented.) Dan perlu diingatkan bahwa sensor ini pun lama kelamaan dapat bertoleransi dengan kadar karbondioksida yang tinggi, akibatnya periode henti nafas pun berlangsung semakin lama.

___  Artikel Lengkapnya dapat dibaca DISINI ____

1 comment: