Wednesday 15 May 2013

AEROBIK DAN KUALITAS SPERMA



Radikal Bebas, Olahraga Aerobik
Dan Kualitas Sperma
Dewi Laelatul Badriah
Abstrak
Radikal bebas saat ini sedang menjadi salah satu perhatian utama para peneliti di dunia kedokteran. Hal ini disebabkan dari beberapa hasil penelitian menunjukkan, radikal bebas terbukti telah menye­babkan kerusakan jaringan, sehingga mampu mencetuskan timbulnya penyakit sistem cardiovaskular, mempercepat proses penuaan dan menurunkan kualitas spermatozoa.
Telah lama diyakini dan dibuktikan bahwa olah raga aerobik yang dilakukan dengun intensitas yang adekuat, sistematis, dan teratur, serta menerapkan berbagai prinsip latihan, mampu meningkatkan berbagai sistem tubuh, termasuk diantaranya meningkatkan kuantitas dan kualitas spermatozoa. Oleh karena itu olah raga aerobik telah dijadikan salah satu suplemen untuk memperbaiki kualitas sperma­tozoa, sehingga proses untuk memperoleh keturunan dapat lebih mudah.
Pendahuluan

Pada dasarnya radikal bebas se­cara terus menerus dibentuk oleh tubuh, misalnya saja oleh sebagian besar oleh reaksi redoks biokimia yang melibatkan oksigen, yang terjadi se­bagai bagian dari metabolisme sel normal, tidak kecuali sel sperma. Ra­dikal bebas juga dapat terbentuk se­bagai akibat dari fagositik, sebagai bagian inflamasi, infeksi, dan ter­kadang dapat juga dibentuk oleh ada­nya pemaparan pada radiasi ultra violet, pencemaran lingkungan, asap rokok, hiperoksia dan iskemia ( Kovalski etal, 1992 ). Setiap radikal bebas yang terbentuk akan mengakibatkan reaksi rantai sampai radikal bebas itu hilang, misalnya karena adanya ba­han - bahan antioksidan. Radikal bebas tersebut akan bereaksi dengan meta­bolit -metabolit sel dan erat berkaitan dengan sistem imunologis yang akan menimbulkan berbagai kelainan dan penyakit ( Cochrane, 1991 ).
Sel normal mempunyai sepe­ranqkat sistem enzim yang mampu menangkal oksigen reaktif untuk menghindari kerusakan internal sel. Oleh karena itu pada dasarnya radikal bebas mempunyai oksigen yang re­aktif, maka kelompok bahan tersebut dinamakan senyawa oksigen reaktif (reactive oxygen compound). ROC pada saat ini sangat banyak macam­nya, sehingga disebut sebagai Reac­tive Oxygen Species (ROS) (Suryo­hudoyo, 1998). Pada pembahasan ini akan memaparkan efek radikal bebas terhadap kerusakan atau mengok­sidasi sel - sel tertentu dalam tubuh, misalnya karbohidrat, DNA, RNA, dan komponen lainnya dalam sel. Sebagai contoh radikal bebas dapat meng­akibatkan peroksidasi lemak, sehingga menimbulkan berbagai gangguan pa­da sistem jantung dan peredaran da­rah, mempercepat proses penuaan de­ngan merusak protein, merusak materi genetik (DNA) sehingga dapat meng­akibatkan timbulnya sel pre kanker ( protoonkogen ) dan kanker ( onkogen ), serta penurunan kualitas sperma, sehingga mengakibatkan infertilitas.
Radikal Bebas dan Sperma
Sperma juga dapat menghasilkan radikal bebas. Namun insidensi kejadi­annya belum banyak diungkapkan. Dari hasil penelitian Holland et.al (1982) menunjukkan bahwa sperma­tozoa epididimis kelinci yang diin­kubasi dalam keadaan anaerobik akan membentuk ROS, misalnya hidrogen peroksida, radikal hidroksil, dan oksi­gen tunggal. Demikian pula Yuliani (2000) mengungkapkan bahwa semen beku sapi Bali yang diinkubasi dalam keadaan anaerobik, menjadi rusak, karena banyak yang mempunyai mor­fologi yang tidak normal.
Pada dasarnya spermatozoa me­miliki sistem enzim yang mampu menetralisir efek negatif dari radikal bebas. Enzim tersebut misalnya saja adalah Superoxide Dismutase (SOD), demikian pula dengan Glutathion Oksi­dase dan Sistem Reduktase terdapat pula dalam spermatozoa mamalia dan manusia. Sistem katalase pada sper­ma manusia mampu menahan efek toksis oksigen reaktif dalam sperma         ( Yeulin ett. al, 1969).
Peroksida dapat digunakan sebagai spermisida. Spermatozoa manusia akan terhenti mofllitasnya bila ejakulat diinkubasi dengan lipid peroksidase. Namun demikian, pada dasamya tubuh manusia mampu mengadaptasi terhadap keadaan tersebut. Lebih lanjut Ilham wijaya (1999) mengungkapkan bahwa, tubuh manusia memiliki sistem antioksidan primer, termasuk di dalamnya sel spermatozoa. Untuk lebih memperkuat kerja enzim tersebut, selayaknya dibantu oleh bahan antioksidan sekunder, yang mampu menangkap radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi lainnya yang dapat merusak fungsi enzim antioksidan primer misalnya Vitamin C, E, betakaroten, asam urat, bilirubin, dan albumin.
 Artikel Selengkapnya dalam format Pdf dapat dilihat DISINI__Bila muncul pesan dari adfly  KLIK SKIP AD atau LEWATI


1 comment: