Thursday 9 May 2013

Mewaspadai Lonjakan Gula Darah Setelah Makan



Diabetes mellitus (kencing manis) adalah penyakit seumur hidup. Ya, karena penyakit ini belum bisa disembuhkan, hanya sa­ja dapat dikendalikan sehingga ka­dar gula darah diabetesi (pengidap diabetes) tetap berada dalam kisar­an normal. Dengan cara ini, aneka komplikasi fatal akibat diabetes se­perti gangguan
ginjal, jantung, mau­pun stroke,bisa dihindarkan.
Masalahnya adalah, tak semua penderita diabetes sukses melaku­kan jurus pengendalian. Akibatnya, kadar gula darah tak terkontrol. Ter­kait dengan hal ini, ada satu kondisi yang sangat perlu diwaspadai yakni lonjakan gula darah pada dua jam setelah makan hingga rnencapai 200 mg/dI atau lebih. Kondisi inilah yang disebut hiperglikemia postpran­dial (HP). Tahukah Anda, jika dibiar­kan berlarut-larut, HP berpotensi me­micu terjadinya penyakit jantung.
Walau berbahaya, nyatanya HP ku­rang mendapat perhatian dari para diabetesi. "Karena itu, saat ini sedang dibuat guideline penatalaksa­naannya untuk menghindari HP,'' ka­ta Ketua Asosiasi Diabetes Indone­sia, Prof Dr Sidartawan Soegondo SpPD dalam sebuah diskusi mengenai bahaya HP di Ja­karta, belum lama ini.
International Diabetes Federation, pada April 2007 mencatat, penderita diabetes berisiko terkena penyakit kardiovaskuler 2-4 kali lebih besar dibanding orang-orang yang tidak mengidap diabetes. Federasi ini, juga menyatakan, sekitar 80 persen dari pasien diabetes meninggal karena penyakit kardiovaskuler.
Tak hanya pada mereka yang telah mengidap diabetes, HP juga bisa di­alami oleh mereka yang masih da­lam tahap pradiabetes. "Bagi pen­derita pradiabetes, HP bisa mengaki­batkan dia menyandang diabetes tipe 2," kata Sidartawan dalam acara yang diprakarsai oleh Bayer Schering Pharma itu.
Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunku­sumo (RSCM) Jakarta ini, mengata­kan, biasanya seseorang yang meng­alami HP tidak mengalami gangguan kesehatan berarti. "Tapi makin ting­gi kadar gula darah, biasanya seseo­rang akan makin sering merasa ke­hausan dan sering kencing."
Kadar gula darah yang tinggi, kata Ketua Umum Persatuan Diabetes Indonesia ini, bisa merusak dinding - ­dinding pembuluh darah. Nah, keru­sakan itu akan mengganggu fungsi endotel yang berakibat aliran darah terganggu. Bila sirkulasi darah yang buruk ini melewati pembuluh darah besar, bisa melukai otak sehingga mengakibatkan stroke. Bila melalui jantung, bisa mengakibatkan jantung koroner. Selain itu, bila terjadi pada pembuluh darah kecil, tingginya ka­dar gula bisa melukai mata, ginjal, saraf, dan kulit. Bahkan, bisa mem­perlambat proses penyembuhan luka.
Akibatkan kematian
Diabetes adalah penya­kit keempat terbesar yang mengakibatkan kematian di seluruh dunia. Setiap ta­hunnya, lebih dari 3 juta orang di se­luruh dunia me­ninggal akibat diabe­tes. Sayang­nya, orang seringkali tak menyadari bahwa dirinya menderita diabetes. Akibatnya saat didiagnosis oleh dokter, perjalanan penyakit su­dah lanjut. Pada tahap ini, risiko komplikasi pada pembuluh darah mikro (penyakit mata, ginjal, dan saraf) dan pembuluh darah makro (penyakti kardiovaskuler) menjadi tinggi.
Untuk memperkecil risiko kompli­kasi, sangat penting bagi diabetesi untuk mengontrol kadar gula darah­nya. Menurut Sidartawan, risiko tim­bulnya penyakit kardiovaskuler, serta komplikasi diabetes yang lain akan turun apabila diabetesi selalu menjaga kadar gulanya dalam angka yang 'aman' yakni kadar gula darah ketika puasa kurang dari 100 mg/dl dan kadar gula darah dua jam setelah makan di bawah 140 mg/dl.
Ada cara sederhana yang dapat dilakukan dalam meng­atasi hiperglikemia postprandi­al, yakni mengatur pola hidup sehat dan latihan jasmani. Namun, bila upaya ini tak membuahkan hasil, maka perlu dibantu dengan obat­ - obatan, semisal obat hipoglikemik oral.  
sumber : Republika, 25 Desember 2007

No comments:

Post a Comment